Dear All,
berita ini saya pikir sangat menarik untuk diketahui, karena ini menyangkut tentang masa depan pendidikan anak bangsa kita, postingan ini adalaha hasil dari milis club guru yang juga masuk ke email saya, dan postingan ini saya post tanpa saya edit,,, jadi mohon maaf kalau tidak minta izin, ini hanya untuk menyampaikan informasi saja.
Berita Jawa Pos ini cukup menarik untuk dicermati:
Ganti Bahasa Inggris dengan Melayu, Untuk Matematika dan Sains di Malaysia
http://klubguru. com/2-view. php?subaction= showfull& id=1247187602& archive=& start_from= &ucat=1&
Saat sekolah berlabel SBI di Indonesia, justru getol ingin "menginternasional" dengan memilih penggunaan bahasa Inggris untuk pembelajaran di kelas, termasuk mapel sains dan matematika, di Malaysia, yang terjadi justru sebaliknya. Kini Menteri Pendidikan Malaysia memutuskan melarang penggunaan bahasa Inggris untuk pengajaran sains dan matematika, lalu beralih ke bahasa Melayu sebagai bahasa ibu.
Alasan yang mengemuka, antara lain:
(1) setelah pakai bahasa Ingrris, hasil akademis pelajar
Malaysia di kedua mata pelajaran itu cenderung menurun.
(2) meski tidak gamblang diakui, ini juga karena ada tekanan publik, di mana dari demonstrasi politikus dan ahli bahasa -khususnya mayoritas
etnis Melayu- terungkap bahwa kebijakan pemerintah tentang penggunaan
bahasa Inggris yang sudah berlaku enam tahun tersebut menghambat upaya
memodernkan bahasa ibu mereka (Melayu).
Di Malaysia, keputusan menggunakan bahasa Inggris untuk sains dan matematika diawali era Mahathir setelah menyadari kemampuan berbahasa Inggris lulusan
sekolah menengah rendah -kalah bersaing oleh lulusan dari Singapura. Sepertinya ini juga idem dengan alasan penggunaan bahasa Inggris di sekolah SBI kita di Indonesia.
Jika di Malaysia "kebijakan" tersebut membuat nilai sains dan matematika justru jeblok, apakah hal sama akan terjadi di Indonesia? Bukan rahasia, bahwa guru-guru sains dan matematika di Indonesia juga kebanyakan bahasa Inggrisnya nggak fasih-fasih amat, malah muridnya mungkin lebih jago. Belum lagi ada istilah-istilah sains atau matematika yang kemungkinan guru kesulitan mencarikan padanannya dalam bahasa Inggris. Walhasil, tingkat kesulitan siswa justru double. Sudah susah memahami konsep dan materi pelajaran, ditambah lagi kesulitan menangkap apa yang dimaksud guru karena bahasa Inggris yang pas-pasan tadi.
Apakah kita mau belajar dari (kesalahan) Malaysia, dengan kembali menggunakan bahasa ibu (bahasa Indonesia) dalam sains dan matematika? Atau kita tunggu dulu nilai siswa jeblok dulu, baru kita insyaf?
Para guru sains dan matematika di milis ini, bersuaralah. ..
Jujurlah pada kami, Anda lebih senang pakai bahasa pengantar apa?
Lakukan evaluasi bila perlu, bagaimana kemampuan dan daya serap siswa Anda di kelas!
Agar pembaca berita ini juga tahu komentar Anda, saya berharap Anda berkenan memberikan komentar di situs Klub Guru:
http://klubguru. com/2-view. php?subaction= showfull& id=1247187602& archive=& start_from= &ucat=1&
berita ini saya pikir sangat menarik untuk diketahui, karena ini menyangkut tentang masa depan pendidikan anak bangsa kita, postingan ini adalaha hasil dari milis club guru yang juga masuk ke email saya, dan postingan ini saya post tanpa saya edit,,, jadi mohon maaf kalau tidak minta izin, ini hanya untuk menyampaikan informasi saja.
Berita Jawa Pos ini cukup menarik untuk dicermati:
Ganti Bahasa Inggris dengan Melayu, Untuk Matematika dan Sains di Malaysia
http://klubguru. com/2-view. php?subaction= showfull& id=1247187602& archive=& start_from= &ucat=1&
Saat sekolah berlabel SBI di Indonesia, justru getol ingin "menginternasional" dengan memilih penggunaan bahasa Inggris untuk pembelajaran di kelas, termasuk mapel sains dan matematika, di Malaysia, yang terjadi justru sebaliknya. Kini Menteri Pendidikan Malaysia memutuskan melarang penggunaan bahasa Inggris untuk pengajaran sains dan matematika, lalu beralih ke bahasa Melayu sebagai bahasa ibu.
Alasan yang mengemuka, antara lain:
(1) setelah pakai bahasa Ingrris, hasil akademis pelajar
Malaysia di kedua mata pelajaran itu cenderung menurun.
(2) meski tidak gamblang diakui, ini juga karena ada tekanan publik, di mana dari demonstrasi politikus dan ahli bahasa -khususnya mayoritas
etnis Melayu- terungkap bahwa kebijakan pemerintah tentang penggunaan
bahasa Inggris yang sudah berlaku enam tahun tersebut menghambat upaya
memodernkan bahasa ibu mereka (Melayu).
Di Malaysia, keputusan menggunakan bahasa Inggris untuk sains dan matematika diawali era Mahathir setelah menyadari kemampuan berbahasa Inggris lulusan
sekolah menengah rendah -kalah bersaing oleh lulusan dari Singapura. Sepertinya ini juga idem dengan alasan penggunaan bahasa Inggris di sekolah SBI kita di Indonesia.
Jika di Malaysia "kebijakan" tersebut membuat nilai sains dan matematika justru jeblok, apakah hal sama akan terjadi di Indonesia? Bukan rahasia, bahwa guru-guru sains dan matematika di Indonesia juga kebanyakan bahasa Inggrisnya nggak fasih-fasih amat, malah muridnya mungkin lebih jago. Belum lagi ada istilah-istilah sains atau matematika yang kemungkinan guru kesulitan mencarikan padanannya dalam bahasa Inggris. Walhasil, tingkat kesulitan siswa justru double. Sudah susah memahami konsep dan materi pelajaran, ditambah lagi kesulitan menangkap apa yang dimaksud guru karena bahasa Inggris yang pas-pasan tadi.
Apakah kita mau belajar dari (kesalahan) Malaysia, dengan kembali menggunakan bahasa ibu (bahasa Indonesia) dalam sains dan matematika? Atau kita tunggu dulu nilai siswa jeblok dulu, baru kita insyaf?
Para guru sains dan matematika di milis ini, bersuaralah. ..
Jujurlah pada kami, Anda lebih senang pakai bahasa pengantar apa?
Lakukan evaluasi bila perlu, bagaimana kemampuan dan daya serap siswa Anda di kelas!
Agar pembaca berita ini juga tahu komentar Anda, saya berharap Anda berkenan memberikan komentar di situs Klub Guru:
http://klubguru. com/2-view. php?subaction= showfull& id=1247187602& archive=& start_from= &ucat=1&